Text
Chicken Soup for the Teenage Soul ; 64 Kisa tentang Kehidupan, Cinta, dan Pembelajaran
Chicken Soup for the Teenage Soul merupakan salah satu seri buku dari serial Chicken Soup for the Soul. Buku ini berisi kisah-kisah nyata para penyumbang yang dibagi dalam 8 genre, yaitu tentang pacaran, persahabatan, keluarga, cinta dan kebaikan, pembelajaran, masalah sulit, melakukan sesuatu yang berarti dan meraih cita-cita, dengan jumlah total 64 kisah.
Sebagian besar teknik penceritaan yang digunakan adalah narasi, Namun, beberapa kisah lainnya disampaikan dalam bentuk puisi.
Para penyumbang Chicken Soup for the Teenage Soul adalah mereka yang peduli terhadap sesama dan ingin berbagi kisah yang memiliki tujuan sama, memberi inspirasi dan pandangan kepada para remaja dalam mengenyam masa-masa yang berharga ini. Mereka adalah para remaja, ibu-ibu yang berbagi kisah masa-masa sekolah mereka, penulis, penjaga gereja, wartawan, seniman, dosen, serta actor dan aktris ternama. Kisah-kisah mereka sangat senada dengan kehidupan para remaja, kehidupan mereka yang sedang mencari jati diri.
Jack Schlatter, adalah salah satu penyumbang kisah dalam buku ini yang menceritakan betapa pentingnya sebuah kejujuran.
Aku tak akan pernah melupakan hari pertama kali aku melihat “impian berjalan”. Namanya Susie Summers (namanya sengaja diubah untuk melindungi si dia yang menakjubkan). Senyumnya, yang bekilau di bawah kedua matanya yang bak bintang kejora, sungguh mempesona dan membuat penerimanya (terutama kaum pria) merasa sangat istimewa.
Memang kecantikannya mencengangkan, Namun, kecantikan batinnyalah yang selalu kuingat. Dia bebar-benar mempedulikan orang lain dan merupakan seorang pendengar yang sangat berbakat. Selera humornya yang dapat mencerahkan seluruh hati Anda dan kata-katanya yang bijaksanan selalu pas dengan apa yang Anda ingin dengar. Dia bukan saja dikagumi, melainkan sungguh-sungguh dihargai oleh pria maupun wanita. Meskipun dia memiliki segalanya yang dapat disombongkan, dia sangatlah rendah hati.
Tak usah dikatakan lagi, dia menjadi dambaan setiap pria. Terutama aku. Aku pernah menemaninya masuk ke kelas, dan pada hari lainnya aku pernah makan siang berdua saja dengannya. Rasanya seperti di langit ke tujuh.
Waktu itu kupikir, “Kalau saja aku punya pacar seperti Susie Summers, aku tak akan pernah melirik gadis lain.” Tapi, aku yakin bahwa gadis sehebat dia tentulah sudah memiliki pacar, yang jauh lebih baik dariku. Meskipun aku ketua OSIS, aku tahu aku tak mungkin menjadi pacarnya.
Jadi, saat wisuda, aku pun mengucapkan salam perpisahan kepada cinta pertamaku.
Setahun kemudian, aku bertemu dengan sahabatnya di sebuah pertokoan , dan kami makan sian bersama. Dengan tenggorokan tersumbat, aku menanyakan keadaan Susie. Dengan tenggorokan tersumbat, aku menanyakan keadaan Susie.
“Yaaah, akhirnya dia bisa juga melupakanmu,” jawabnya.
“Apa maksudmu?” tanyaku.
“Kamu benar-benar kejam padanya. Kamu biarkan dia memendam harapan, menemaninya masuk kelas, dan membiarkannya mengira bahwa kamu tertarik padanya. Kamu masih ingat waktu makan siang berdua dengannya? Dia menunggu teleponmu sepanjang minggu. Dia begitu yakin kamu akan meneleponnya dan mengajaknya berkencan.”
Aku begitu takut ditolak sehingga tak berani mengambil resiko untuk memberitahukan perasaanku terhadapnya. Seandainya waktu itu aku mengajaknya berkencan, dan ternyata dia menolak? Apa hal terburuk yang mungkin terjadi? Paling-paling aku tak jadi berkencan dengannya. Tanpa mengajaknya pun aku tidak berkencan dengannya. Yang lebih buruk lagi adalah bahwa sebenarnya waktu itu aku bisa berkencan dengannya.
Ketersediaan
YPII0002793SMATRI | 128 CAN c | Perpustakaan SMA Trinitas Bandung | Tersedia |
Informasi Detail
- Judul Seri
-
Chicken Soup
- No. Panggil
-
128 CAN c
- Penerbit
-
Jakarta :
PT.Gramedia Pustaka Utama.,
1998
- Deskripsi Fisik
-
304 hlm. ; 20 cm
- Bahasa
-
Indonesia
- ISBN/ISSN
-
979605907X
- Klasifikasi
-
128
- Tipe Isi
-
-
- Tipe Media
-
-
- Tipe Pembawa
-
-
- Edisi
-
6
- Subjek
-
- Info Detail Spesifik
-
Chicken Soup for the Teenage Soul merupakan salah satu seri buku dari serial Chicken Soup for the Soul. Buku ini berisi kisah-kisah nyata para penyumbang yang dibagi dalam 8 genre, yaitu tentang pacaran, persahabatan, keluarga, cinta dan kebaikan, pembelajaran, masalah sulit, melakukan sesuatu yang berarti dan meraih cita-cita, dengan jumlah total 64 kisah.
Sebagian besar teknik penceritaan yang digunakan adalah narasi, Namun, beberapa kisah lainnya disampaikan dalam bentuk puisi.
Para penyumbang Chicken Soup for the Teenage Soul adalah mereka yang peduli terhadap sesama dan ingin berbagi kisah yang memiliki tujuan sama, memberi inspirasi dan pandangan kepada para remaja dalam mengenyam masa-masa yang berharga ini. Mereka adalah para remaja, ibu-ibu yang berbagi kisah masa-masa sekolah mereka, penulis, penjaga gereja, wartawan, seniman, dosen, serta actor dan aktris ternama. Kisah-kisah mereka sangat senada dengan kehidupan para remaja, kehidupan mereka yang sedang mencari jati diri.
Jack Schlatter, adalah salah satu penyumbang kisah dalam buku ini yang menceritakan betapa pentingnya sebuah kejujuran.
Aku tak akan pernah melupakan hari pertama kali aku melihat “impian berjalan”. Namanya Susie Summers (namanya sengaja diubah untuk melindungi si dia yang menakjubkan). Senyumnya, yang bekilau di bawah kedua matanya yang bak bintang kejora, sungguh mempesona dan membuat penerimanya (terutama kaum pria) merasa sangat istimewa.
Memang kecantikannya mencengangkan, Namun, kecantikan batinnyalah yang selalu kuingat. Dia bebar-benar mempedulikan orang lain dan merupakan seorang pendengar yang sangat berbakat. Selera humornya yang dapat mencerahkan seluruh hati Anda dan kata-katanya yang bijaksanan selalu pas dengan apa yang Anda ingin dengar. Dia bukan saja dikagumi, melainkan sungguh-sungguh dihargai oleh pria maupun wanita. Meskipun dia memiliki segalanya yang dapat disombongkan, dia sangatlah rendah hati.
Tak usah dikatakan lagi, dia menjadi dambaan setiap pria. Terutama aku. Aku pernah menemaninya masuk ke kelas, dan pada hari lainnya aku pernah makan siang berdua saja dengannya. Rasanya seperti di langit ke tujuh.
Waktu itu kupikir, “Kalau saja aku punya pacar seperti Susie Summers, aku tak akan pernah melirik gadis lain.” Tapi, aku yakin bahwa gadis sehebat dia tentulah sudah memiliki pacar, yang jauh lebih baik dariku. Meskipun aku ketua OSIS, aku tahu aku tak mungkin menjadi pacarnya.
Jadi, saat wisuda, aku pun mengucapkan salam perpisahan kepada cinta pertamaku.
Setahun kemudian, aku bertemu dengan sahabatnya di sebuah pertokoan , dan kami makan sian bersama. Dengan tenggorokan tersumbat, aku menanyakan keadaan Susie. Dengan tenggorokan tersumbat, aku menanyakan keadaan Susie.
“Yaaah, akhirnya dia bisa juga melupakanmu,” jawabnya.
“Apa maksudmu?” tanyaku.
“Kamu benar-benar kejam padanya. Kamu biarkan dia memendam harapan, menemaninya masuk kelas, dan membiarkannya mengira bahwa kamu tertarik padanya. Kamu masih ingat waktu makan siang berdua dengannya? Dia menunggu teleponmu sepanjang minggu. Dia begitu yakin kamu akan meneleponnya dan mengajaknya berkencan.”
Aku begitu takut ditolak sehingga tak berani mengambil resiko untuk memberitahukan perasaanku terhadapnya. Seandainya waktu itu aku mengajaknya berkencan, dan ternyata dia menolak? Apa hal terburuk yang mungkin terjadi? Paling-paling aku tak jadi berkencan dengannya. Tanpa mengajaknya pun aku tidak berkencan dengannya. Yang lebih buruk lagi adalah bahwa sebenarnya waktu itu aku bisa berkencan dengannya.
- Pernyataan Tanggungjawab
-
Jack Canfield, dkk
Versi lain/terkait
Tidak tersedia versi lain
Lampiran Berkas
Komentar
Anda harus login sebelum memberikan komentar