Text
Negeri 5 Menara
Seumur hidupnya Alif tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya dilalui dengan berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, main bola di sawah dan mandi di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba dia harus melintasi punggung Sumatera menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. lbunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau
Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah ibunya: belajar di pondok.
Di hari pertama di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan mantra sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dipersatukan oleh hukuman jewer
berantai, Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid, mereka menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak ke ufuk. Awan-awan itu menjelma
menjadi negara dan benua impian masing-masing. Ke mana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
***
Negeri 5 Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi. Ditulis oleh Ahmad Fuadi, mantan wartawan TEMPO & VOA, penerima 10 beasiswa luar negeri, penyuka fotogra , dan terakhir menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi. Alumni Pondok Modern Gontor, HI Unpad, George Washington University dan Royal Holloway, University of London ini kini sibuk menulis, menjadi public speaker, serta mengasuh yayasan sosial untuk membantu pendidikan anak usia dini yang kurang mampu-Komunitas Menara.
YPII0003630SMATRI | Perpustakaan SMA Trinitas Bandung | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain