Text

Oei Hong Kian ; Dokter Gigi Soekarno

Dalam buku ini Oei Hong Kian menjelaskan bagaimana buyut, kakek dan bapaknya mengembangkan usaha di Magelang. Meski mereka bukan para perantau pertama yang masuk ke Magelang, tetapi tetap saja kerja keras untuk membangun usaha sangat penting dalam mencapai keberhasilan. Dalam buku ini Oei Hong Kian mengisahkan bagaimana kakek beliau menolong keponakan-keponakannya yang mengalami kesulitan keuangan.rnrnDi abad 20 perilaku orang-orang Tionghoa mulai diwarnai oleh budaya barat dan agama Kristen/Katholik. Keinginan untuk memahami budaya penguasa (Belanda) supaya bisa bekerja dengan lebih baik, anak-anak Tionghoa memasuki sekolah-sekolah Belanda. Akibatnya pandangan-pandangan Barat dan Kristen mulai merasuk pada kehidupan sehari-hari mereka. Namun demikian, adat istiadat tetap dipelihara. Atau setidaknya dikompromikan dengan pandangan-pandangan baru (barat) yang dipelajarinya di sekolah.

Ketersediaan

Informasi Detail

Judul Seri

-

No. Panggil

920 ISH o

Penerbit

Jakarta : Intisari Mediatama., 2001

Deskripsi Fisik

vi, 254 hlm. :ilus. ;23 cm.

Bahasa

Indonesia

ISBN/ISSN

-

Klasifikasi

920

Tipe Isi

-

Tipe Media

-

Tipe Pembawa

-

Edisi

1

Subjek

Sejarah Indonesia - Soekarno - Oei Hong Kianrno

Info Detail Spesifik

Dalam buku ini Oei Hong Kian menjelaskan bagaimana buyut, kakek dan bapaknya mengembangkan usaha di Magelang. Meski mereka bukan para perantau pertama yang masuk ke Magelang, tetapi tetap saja kerja keras untuk membangun usaha sangat penting dalam mencapai keberhasilan. Dalam buku ini Oei Hong Kian mengisahkan bagaimana kakek beliau menolong keponakan-keponakannya yang mengalami kesulitan keuangan.rnrnDi abad 20 perilaku orang-orang Tionghoa mulai diwarnai oleh budaya barat dan agama Kristen/Katholik. Keinginan untuk memahami budaya penguasa (Belanda) supaya bisa bekerja dengan lebih baik, anak-anak Tionghoa memasuki sekolah-sekolah Belanda. Akibatnya pandangan-pandangan Barat dan Kristen mulai merasuk pada kehidupan sehari-hari mereka. Namun demikian, adat istiadat tetap dipelihara. Atau setidaknya dikompromikan dengan pandangan-pandangan baru (barat) yang dipelajarinya di sekolah.

Pernyataan Tanggungjawab

Helen Ishwara

Versi lain/terkait

Lampiran Berkas

Komentar