Text
Gadis Pantai
Gadis itu tinggal di pantai. Di perkampungan. Dan masih miskin.
Ketika ia berusia 14 tahun, seorang pembesar yang bekerja kepada Belanda, menikahinya, yang dalam upacaranya diwakili keris.
Gadis pantai pun diantarkan ke kota, ke rumah suaminya. Meskipun berkali-kali merengek pada emak untuk pulang, karena ia merasa takut, tapi emak tidak menghiraukan. Kata bapak dan emak, ia akan hidup enak setelah itu.
Sesampai di sana, gadis pantai masih takut. Di hari pertama, ia baru pertama kali mendapati tubuhnya wangi setelah mandi, memakai pakaian yang bagus, dan juga punya sandal buatan Jepang. Itulah dunia gadis pantai yang baru.
Gadis pantai menangis, ingin pulang. Tapi takut. Ketakutan pula yang membuatnya nurut ini dan itu. Bahkan ia tak punya teman. Kesepian. Si mbok, selalu menggunakan kata “sahaya”. Betapa besar perbedaan antara dirinya dan orang-orang di sekitarnya sekarang. Kata si mbok, kalau ingin apa-apa, gadis pantai tinggal perintah saja.
YPII0000518SMATRI | 823 | Perpustakaan SMA Trinitas Bandung | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain