Text
Centeng Matahari Malam Hari
di sampul belakangnya dipaparkan tokoh” yang akan muncul di dalam. Halaman sebelum bab pertama dimulai juga begitu. Beberapa tokoh penting dipaparkan latar belakangnya, blablabla, dan sebagainya. Saya kira novel ini akan bercerita mengenai orang” itu. Semua dapat bagiannya masing”....Eh, taunya ya… Novel ini hanya mengulas kehidupan seorang tokoh utamanya saja… si Gigih. Sementara tokoh” lainnya ya memang tokoh penting yang wira wiri dalam kehidupannya. Terus buat apa dong penjelasan mengenai masing” tokoh yang muncul yang ada di halaman depan maupun di sampul belakang? Mungkin itu supaya si penulis nggak perlu susah-susah lagi menjelaskan latar belakang para tokoh… Nggak juga ah, di ceritanya pun disebutkan lagi kok, secara lebih gamblang malah. Mungkin supaya lebih menambahkan kesan menarik yang ada di hati pembaca. ...Well, alurnya sendiri maju mundur dengan batas yang kabur. Tapi nggak mengganggu kok. Ada beberapa bagian yang kurang jelas nih. Seperti kenapa Wawan—teman Gigih—tiba” ingin memutuskan menikah dengan Warsi—kekasih (deuu…) Gigih—kapan pedekatenya…? Porsi Ida, orang yang seolah sudah memiliki ikatan batin dengan Gigih, rasanya kurang, ya. Yang paling nggak terlintas di pikiran saya, yaitu akhirannya, ternyata Mariani—teman tidur dan mandinya Gigih—adalah adiknya sendiri! Masya Allah! Yah, begitu deh....Saya terkesan dengan penulisnya yang spertinya wawasannya luas sekali, terutama mengenai “makhluk” pinggiran” yang dia ulas dalam novelnya itu. (less)
YPII0000535SMATRI | 813 WAR c | Perpustakaan SMA Trinitas Bandung | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain