Text
Dar Der Dor
Pada suatu malam disaat seorang hakim sedang duduk di kursi sambil menyelonjorkan kakinya. Tiba-tiba lonceng berdentang sekitar lima puluh kali. Mula-mula hanya tempat hakim yang terang, tidak lama kemudian setelah lonceng berhenti, lampu tampak terang di tempat pelayan itu berada. Pelayan itu membawa banyak koran dan surat-surat yang akan segera ia baca untuk pak hakim. Setelah membaca beberapa koran pelayan menawarkan beberapa jenis minuman kepada pak hakim, diantaranya : kopi, madu, atau susu. Tetapi pak hakim justru lebih memilih remason (sejenis balsem), setelah mengambil remason untuk pak hakim pelayan itu dengan sigap mengurut pundak pak hakim. Sementara itu pak hakim terus saja membaca surat-surat yang dibawa oleh pelayan tadi. Saat itu juga terdengar suara-suara hiruk-pikuk dan pelayan segera menenangkan suara-suara itu. Ternyata suara-suara itu berasal dari bebrapa orang tamu yang memiliki keperluan terhadap pak hakim malam itu. Sesaat setelah tamu itu dan pak hakim berbincang, tiba-tiba pak hakim tampak gelisah dan meminta pelayan untuk memijit punggungnya. Lalu pelayan mengusir tamu itu untuk pergi dan segera meninggalkan kediaman pak hakim.
Drama ini menceritakan serta menjelaskan bagaimana hukum dan keadilan adalah dua hal yang berbeda namun tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam drama ini dua hal tersebut (hukum dan keadilan) diangkat menjadi sebuah tema yang dilematis, betapa sulitnya mencari keadilan. Betapa sulit mengungkapkan bahwa yang salah itu salah dan yang benar itu benar, bahkan untuk mengungkapkannya terkadang harus mengorbankan jati diri seorang manusia.
YPII0000601SMATRI | 812 WIJ d | Perpustakaan SMA Trinitas Bandung | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain