Bagi masyarakat religius, kematian adalah kehendak dan kekuasaan Tuhan. Mencabut nyawa sendiri bukanlah hak manusia. Ketika manusia memutuskan meregangkan nyawa menggunakan tangannya sendiri, manusia telah mengambil alih apa yang menjadi hak Tuhan. Meskipun menyadari hal ini, banyak manusia yang melakukan tindakan bunuh diri. Ada berbagai cara manusia bunuh diri. Menenggak obat melebihi takaran semestinya, menabrakkan kendaraan, menggores pembuluh darah, memanfaatkan palang gantungan, menenggelamkan diri, bahkan menyusupkan kepala dan tubuh ke dalam oven yang tengah menyala. Apapun teknik bunuh dirinya, tindakan ini hanyalah refleksi dari egoisme manusia. Hanya, seringkali motivasi melakukan bunuh diri itu tidak jelas bagi yang masih hidup.
Tersebutlah sebuah keluarga Katolik dengan kehidupan yang biasa di Groisse Ponte, Michigan, tahun 70-an. Ronald Lisbon, sang kepala keluarga adalah seorang guru matematika SMA sementara istrinya hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Mereka memiliki lima orang anak perempuan, Therese (17), Mary (16), Bonnie (15), Lux (14), dan Cecilia (13) sebelum tragedi dimulai. Pada suatu musim lalat ikan, sembari berendam di bak mandi, Cecilia, si bungsu, mencoba bunuh diri dengan menyayat pergelangan tangan. Percobaan bunuh diri ini gagal. Tetapi, Cecilia berusaha kembali untuk mengakhiri hidupnya. Dua minggu setelah meninggalkan rumah sakit, ketika sebuah pesta diadakan di rumah keluarga Lisbon, Cecilia menjatuhkan diri dari lantai atas rumah dan tertancap di pagar rumah. Tentu saja ia tewas.
Pasca tewasnya Cecilia, kehidupan keluarga Lisbon, terutama putri-putri Lisbon, menjadi pusat perhatian masyarakat sekitar. Kecantikan mereka sangat mengairahkan remaja-remaja lelaki yang kemudian mencoba melakukan pendekatan dengan mengajak mereka menghadiri pesta di luar rumah. Lux melakukan kesalahan, ia menghabiskan malam dengan Trip Fontaine dan terlambat pulang. Keterlambatannya menjadi alasan bagi Mrs. Lisbon untuk menarik putri-putrinya dari pergaulan sekaligus dari sekolah mereka. Kendati demikian, pengekangan ini tidak menjadikan Lisbon bersaudara perempuan-perempuan alim yang terkendali. Lux, di atap rumah, melakukan serangkaian hubungan seks dengan berbagai laki-laki.
Setelah ditarik dari pergaulan, suatu malam, putri-putri keluarga Lisbon mengundang remaja-remaja lelaki yang kemelit dengan kehidupan mereka untuk mendatangi rumah mereka. Bagi para lelaki muda itu, Lisbon bersaudara telah menyiapkan kejutan; hampir secara simultan keempat perempuan muda ini mencoba bunuh diri dengan berbagai metode. Hanya satu yang bisa diselamatkan dari antara mereka, meskipun seperti Cecilia, ia akan menemukan jalan kematiannya sendiri.
The Virgin Suicides yang telah diterjemahkan ke dalam 16 bahasa dan menjadi bestseller di berbagai negara ini adalah karya debutan penulis Amerika, Jeffrey Eugenides. Pria kelahiran Detroit, Michigan, 8 Maret 1960, yang bersama keluarganya kini menetap di Princeton (New Jersey) ini kemudian dikenal luas sebagai peraih Pulitzer Prize for Fiction tahun 2003 untuk novel memoar fiktifnya yang bertajuk Middlesex.