Text
Inheritance ; Warisan # 4
Semua berawal dengan Eragon…
Dan berakhir dengan Warisan.
Kalimat itu tercetak di sampul belakang buku dan aku sama sekali tidak berpikir kalau kalimat itu berarti secara harfiah; kisah ini memang dimulai dari buku pertama ‘Eragon’ dan berakhir di buku terakhir ‘Inheritance’ atau ‘Warisan’ yang melengkapi seri ‘Inheritance Cycle’ atau ‘Siklus Warisan’. Terakhir kali aku membaca petualangan Eragon, Saphira, Arya dan sekutu-sekutu mereka yang tergabung dalam Varden sudah lama sekali sehingga aku kesulitan ketika mulai membaca seri buku ini lagi, akibatnya 920 halaman buku ini yang biasanya kuselesaikan dalam hitungan hari, harus puas bisa kuselesaikan dalam hitungan bulan. Tapi aku merasa puas telah menyelesaikan kisah yang menarik ini.
Eragon, si pemuda petani miskin kini telah bertransformasi menjadi seorang Penunggang, pendekar yang tangguh, yang mampu menggunakan sihir dan seorang Shadeslayer. Ia dan Saphira sejak awal telah menanggung seluruh nasib umat manusia di Alegaësia dan sekarang sudah tiba waktunya untuk membuktikan kemampuan mereka. Menghadapi Murtagh dan Thorn, menghadapi Galbatorix dan menghadapi kehidupan setelah menyelesaikan tugas mereka.
Aku selalu menyukai karakter Eragon. Pemikiran-pemikirannya tentang jati diri, nama sejati, batas kemampuan, impian di masa depan, keraguan dan bahkan sifat-sifat tercela. Eragon tidak sempurna, tapi ia —seperti yang dikatakan Nasuada— adalah lelaki berhati nurani yang paling berbahaya di dunia. Sama seperti The Choosen One lainnya dalam setiap buku, Eragon memang layak dipuja dan dihormati, tapi ia juga punya kekurangan-kekurangan yang membuatnya manusiawi. Lihat saja tingkahnya ketika mengerjai keong raksasa dengan kekanak-kanakan.
YPII0000778SMATRI | 813 PAO i | Perpustakaan SMA Trinitas Bandung | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain