Text
Catatan Cinta Ibu dan anak
Bagaimana rasanya jika kita divonis harus kehilangan dua organ tubuh sekaligus; limpa dan kandung empedu? sementara telah dilakoni takdir penyakit kelainan darah bawaan, harus ditransfusi darah secara berkala seumur hidupnya. Mengapa harus kita yang selalu menderita, rasa sakit menghebat, tuntutan dana pengobatan yang selangit, pelayanan rumah sakit yang "ngasal", petugas arogan, bahkan acapkali terkesan tak peduli dan melecehkan martabat kita, hanya karena jaminan kesehatan orang miskin? Mungkin sudah saatnya kita akan berteriak, menggugat bahkan menghujat Tuhan bahwa ini sungguh tidak adil!
Namun bukan gugatan dan hujatan kepada Sang Khalik yang dilakukan oleh penulis buku ini. Dalam kondisi sakit sekalipun, ia terus berkarya, seperti yang dituliskannya: "Untuk melampiaskan kegalauan hati dan pikiran, aku tetap berusaha keras untuk berkarya, menulis, menulis, dan menulis. Walau harus sambil berbaringan, mengetik dengan jari-jari gemetar, karena tanganku ditempeli abocat, selang infus, jika tidak hati-hati akan terlepas atau membuat tanganku bengkak-bengkak, keunguan."
Sebuah kisah inspirasi yang dikemas dengan bahasa populer, ditulis dengan sepenuh hati dan jiwa raga, menjelang serta pasca operasi pengangkatan limpa dan kandung empedu.
YPII0001359SMATRI | 899.221 3 SEN c | Perpustakaan SMA Trinitas Bandung | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain